Christian : Tionghoa Indonesia, Bisnis Dan Hasil Hutan Di Kalimantan Barat

Pontianak – Melalui jalur sungai Kapuas, menuju pedalaman akan berawal dari trasportasi air yang dikenal sebagai kapal bandong, yang memiliki kapasitas mengangut manusia, dan barang – barang seperti sembako, dan peralatan rumah tangga.

Mereka hidup pada bisnis dan kota dengan adanya pemahaman mengenai harga yang diterapkan berdasarkan kebutuhan tersebut. Sementara, dalam hal ini diperkirakan dengan adanya bawaan yang berawal dari kebutuhan manusia.

Pada tahun 1930an, menuju sungai Kapuas tampak dalam kehidupan kota yang memiliki peran serta terhadap kepentingan dagang, politik dan hasil hutan yang berawal dari dagang Tionghoa Hakka di Kalimantan Barat.

Selebihnya mereka hidup, dengan kejujuran dan tidak dalam perdagangan ekonomi dan bisnis, dengan perlakukan sebagai Tionghoa, dan kehidupan sosial dan budaya yang berperan dalam kemiskinan yang berasal dari hutan di Kalimantan dan Jawa.

Maka, perlahan mereka hidup berpindah, dan berurbanisasi perkotaan di Jakarta pada ekonomi bisnis dan industrial yang berawal dari ketidaksenangan Pribumi dan kaum Tionghoa Hakka, dagang dan birokrasi dan gereja Katolik.

Kepentingan uang dan dagang, menjadikan pendatang berhati – hati, untuk berinteraksi pada kepentingan politik, medis, obat – obatan dan lainnya di Indonesia, terutama penyingkiran dalam pekerjaan, hasil hutan dan agama kristiani di Indonesia.

Sementara, itu berbagai hal terkait dengan pemerasan tidak berbeda jauh dalam sistem birokrasi - rumah tangga, dan ketidaksenangan kaum perempuan Tionghoa Pontianak, pada pedalaman di Hutan Kalimantan – Jawa, dan lainnya diakibatkan persaingan dagang, rumah tangga, dan konflik yang diciptakan pada setiap generasi.

Pada tahun 1999  - Tionghoa Pontianak,  sebelum mengenal agama dapat diketahui bagaimana mereka hidup menyingkirkan manusia, pada agama Kristiani dan non kristiani seperti Budha – Konghucu dan Islam. 

Sebagai awal dari kehidupan agama mereka di Kalimantan, dan Ibukota Jakarta yang kejam dan buas pada bisnis dan ekonomi, serta medis, dalam upah pekerja dan birokrasi dalam hal ini politik pribumi, dengan ingin berkuasa dan menguasai.

Numpang hidup sudah menjadi biasa bagi mereka, dengan bisnis kotor Tionghoa Hakka jalankan, dan merusak mental dan medis di lingkungan Keuskupan Agung Pontianak, seperti Toilet. Keringat tidak dibayar dengan baik - hasil kerja dan lainnya dalam hal ini. 

Sekarang tidak memiliki moralitas dan rasa malu terhadap diri mereka, dengan penggunaan teknologi Barat, dan Tiongkok. Hidup dibalik agama kristiani untuk menutup kemaluaan mereka pada Tionghoa - Pribumi di Indonesia.

0 comments

Recent Posts Widget
close