Cara Konflik Jawa, Ketika Kebutuhan Ekonomi Rumah Santo - Santa

Pontianak, mukzijat ekonomi jika Jawa masih barulah dengan konflik, dan kekerasan yang dilakukan dari rumah tangga, perkantoran, dan tempat lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa jejak Jawa adalah tukang ribut. Ketika hal ini terjadi, maka sesuai dengan masalah hidup pada ekonomi dengan kaum Tionghoa terutama di perdagangan.

Ketika hal ini, sesuai dengan masalah hidup sosial, maka sistem politik dapat menuai berbagai hal terkait sistem birokrasi, dan seksualitas. Yang perlu dipahami adalah ketika hal ini dapat dipahami sesuai dengan kehidupan moralitas dan hidup yang penuh dengan ketidakjujuran itu konflik terjadi orang Jawa.

Spritualitas menyebar dengan keinginan dapat diketahui masalah hidup sosial yang bermasalah dalam sistem tata pemerintahan. Maka, hidup Jawa sesuai dengan aspek pemerintah RI dapat diketahui bekerja sebagai aktivis, dan non pemerintah serta membangun ekonomi.

Salah satu hal yang perlu diketahui adalah kehidupan moralitas dan etika, tiada hari bukan yang baik dalam setiap masalah kehidupan sosial ekonomi. Konflik kekerasan yang dilakukan orang Jawa - Batak di masa Belanda dan RI, terjadi dinamis perubahan sosial melalui kritikan, penyerangan kesehatan melalui obat-obatan, dan konsumi.

Masalah hidup sosial yang berasal dari kalangan sosial terjadi dengan hubungan bilateral yang baik sesuai dengan masalah kehidupan disekitarnya. Sementara, tatanan sosial dalam sistem pemerntahan di Jakarta tampak dengan keributan mengenai konflik agraria, pemasungan kaki di Istana Negara, sesuai dengan tuntutan atau demo massa yang baik sesuai dengan kritisan masalah Negara dan rakyat.

Konflik Politik Ekonomi, Gereja Adalah Rumah

Krisis sosial ekonomi, dialami di Jawa serta teroris yang mengancam pemeluk agama Islam terhadap sistem konflik agama yang terjadi di Surabaya. Hal ini, terjadi adalah krisis pangan, kemiskinan, dan pengetahuan. Hal ini berasal dari ketidakmurahan kaum lainnya terhadap mereka yang penderita.

Sesuai dengan masalah kehidupan sosial ekonomi pada pertanahan yang baik sesuai dengan keinginan konsumsi, dan ketidakjujuran atas penguasaan tanah dan konsumsi dalam rumah tangga. Biasanya juga terjadi pada kehidupan sosial di perkotaan yang konsumtif.

Berbagai hal terkait dengan moralitas hidup maka, setiap kehidupan sosial budaya ditiadakan terutama untuk masyarakat Tionghoa yang berurbanisasi di tanah Jawa biasanya adanya masalah kehidupan sosial atau konflik terjadi dengan penduduk dan penguasa.

Keburukan masyarakat Jawa - Dayak kembali lagi terulang dengan kelas sosial yang mereka emban yaitu adalah seperti menjadi Dosen, Tenaga medis, dan sistem pendidikan Katolik lainnya. Ingin numpang hidup tetapi ketika ada yang ikut serta dalam ekonomi Jawa.

Diketahui mereka begitu buruk menciptakan konflik konsumsi dan sosial itu keburukan orang Jawa – Dayak - Batak – ketika barulah dengan orang Tionghoa disini hasil seksualitas dengan kedok agama atau berpura – pura untuk beragama kristiani, tanpa rasa malu, biasanya orang – orang yang bekerja pada gereja.

Seperti ingin berkuasa dalam hal ini maka enggan diketahui jelas tetapi dapat diketahui kehidupan moral terjadi, seperti menjual atau menggunakan nama petinggi agama, dan lainnya untuk bertahan hidup, tanpa rasa malu terjadi budaya lokal sejak 1967 – 2004 pada masa kehidupan di gereja Katolik Keuskupan Agung kaum pribumi Dayak – Tionghoa Hakka disini.

Ekonomi Tionghoa disini, melalui gereja katolik maka iman katolik dan ekonomi ada dirumah – rumah melalui pedesaan dan perkotaan. Hal ini menjelaskan agama katolik pada tionghoa dan bisnis melalui kekerasan yang dilakukan serta pembunuhan, dan kekerasan dalam rumah tangga oleh OFM. CAP sebelum pengajaran sebelum iman katolik hidup membiara.

Itulah sharing hidup kejahatan Ordo Kapusin ini di gereja – gereja Katolik, secara individual dan keluarga hidup melalui iman katolik.

Salah satu menarik pengajaran iman katolik, para imam telah menjelaskan berbagai hal terkait iman gereja Katolik telah diketahui dengan seksama melalui kenakalan hidup, dan pengalaman yang keras pemukulan adalah, bagian untuk bertahan hidup dan pengakuan untuk dalam hidup berkeluarga, biasanya dari hasil seksualitas. Hal ini biasa terjadi melalui Negara – Negara miskin, seperti di Indonesia.

Karakteristik hidup orang disini, dan gereja yang dibuat adalah ketika pemerasan, dan cara kotor serta kejam orang Pribumi di Indonesia, baik adanya tidak mengindahkan mereka untuk tidak pantas mendapatkan belas kasihan dan bagaimana cara mendapatkan simpati pada Negara maju seperti Eropa, Inggris, dan USA, dan Cina, serta Singapore serta bagian Timur Arab Saudi.

Kelakukan orang Indonesia, terutama Jawa dan Melayu, Batak oleh Tionghoa Indonesia di Pontianak, (persuruh),  jelas bagaimana hidup mereka senang menciptakan konflik dalam rumah, dengan cara mesum melalui seksualitas, dan kekerasan berdarah di gereja dan tempat kerja, adalah bagian dari penyingkiran alat produksi yang dilakukan mereka, sebagai kepentingan ekonomi dan gereja melalui RT.

Dalam setiap pengalaman kerja, 2013 lembaga – lembaga penelitian dan lingkungan, atau sengaja menciptakan korban serta belas kasihan bagi mereka melalui cara hidup, dan konflik yang diciptakan melalui lembaga – lembaga di Jakarta, dan Universitas, terutama bekerja disitu hal ini menjelaskan bahwa jika mereka pura – pura baik, adalah tidak dapat ditiadakan atau jangan dipercaya (orang).

Kehidupan Masyarakat Adat Dan Seksualitas

Cara hidup orang kelas sosial biasa melalui perjuangan kelas dan seksualitas dapat dipahami sebagai bentuk dari ketidaksenangan orang Jawa pada kehidupan kelas sosial lainya. Hal ini diperoleh sesuai dengan dinamika budaya masyarakat adat, mencakup budaya etnik di masing – masing wilayah serta kebutuhan hidup moralitas dan agama adalah salah satu bentuk kata – kata dan ekonomi.

Hal yang menarik adalah kehidupan sosial budaya akan berasal dari masing – masing budaya yang lekat pada keburukan, tetap Tuhan hendak berkata demikian kesalahan hidup mereka bentuk dari keinginan untuk memahami agama katolik bermula di pulau Jawa melalui kekuasaan dan program pemerintah, maka terjadi urbanisasi di Indonesia.

Dengan dijelaskan kebutuhan ekonomi, perubahan hidup dan politik agama dalam kehidupan sosial budaya, dan seksualitas. Keinginan dan kebutuhan adalah salah satu perubahan budaya yang seringkali di paparkan bahkan dibahas adalah mengenai kemiskinan dan penganguran diakibatkan konflik, teroris, teknologi dan kebijakan.

Sesuai dengan masalah hidup masyarakat adat maka, sesuai dengan kebutuhan sosial budaya dilanjutkan pesan kehidupan sosial yang hidup sekitar hutan. Maka, dengan demikian akan lekat pada kebudayaan tradisional pada kawasan hutan. Budaya sosial berasal dari kehidupan yang etnik sebagai bentuk konflik sosial di masa lalu, baik secara ekonomi dan status sosial.

Tinggal di Indonesia, bagaimana ekonomi yang tumbuh berasal dari kalangan sosial masyarakat adat. Tingkat kemiskinan  terjadi dikarenakan kedok agama katolik kaum pribumi Indonesia disini, berasal dari konflik yang dibuat oleh orang Jawa – Dayak dan Batak di Pontianak, kebutuhan pekerjaan sebagai masyarakat asli di Indonesia 2024 terhadap para pengusaha, dan politisi.

Kebutuhan tenaga medis, dan teknologi terhadap Negara maju dan agama Katolik sebagai induk dari gereja – gereja katolik di dunia oleh orang Indonesia, yang senang menciptakan konflik, mabuk dan seksualitas aborsi yang terjadi tentu mempengaruhi kehidupan orang Tionghoa.

Memperoleh perhatian bagi pemuka serta tokoh agama Katolik, termasuk sesama kaum mereka, maka untuk berbisnis enggan mereka ciptakan kecuali terdapat kepentingan politik, ekonomi dan budaya, dapat dipahami melalui pembelajaran dan kemiskinan sesuai dengan kecintaan mereka terhadap tanah air, Indonesia.

Pertanian dan perkebunan adalah bagian dari kehidupan adat disini, ketika hendak diketahui bagaimana penguasaan lahan tidak berdampak pada masing – masing keluarga, maka sistem keadilan terjadi di masing – masing kepala keluarga.

Namun, ekologi tidak diperhatikan, adalah sesuatu penyakit sosial, dan pengetahuan merupakan dampak pada masalah hidup sebelumnya. Itu adalah gambaran singkat berbagai terkait alam di pedesaan, Kalimantan.

Yang menarik dalam hal ini adalah, melihat kembali konflik terjadi dan masalah kehidupan orang Pribumi Indonesia di masa lalu, terutama pada masa Belanda. Lekat pada dinamika hukum Indonesia, dan konflik yang tidak menyenagkan karena dihukum mati atau perbuatan dosa yang dibuat.

Ketika hal ini diketahui dengan adanya sistem ekonomi politik dalam suatu pemerintahan dan agama maka diketahui dinamika budaya lokal mengarah pada kebutuhan hidup di masing – masing kepercayaan seperti mistik, dan kesehatan pada budaya sekitar lingkungan terjadi. Salah satu menarik dalam hal ini adalah ketika mereka hidup pada dinamika budaya, dan pemerasan dari seksualitas.

Sistem Politik Pemerintahan, Dan Keamanan

Sistem pemerintahan dan keamanan melalui ketidaksenangan kaum pribumi dan gereja di RI. Menjelaskan bagaimana perlakukan hidup, dan kehidupan sosial mempengaruhi budaya kerja. Dan konflik dilakukan secara mediasi melalui undang – undang RI.

Melalui hal ini diketahui bahwa berbagai hal terkait dengan moralitas, dan etika kaum pribumi dan Tionghoa disini. Rasa tidak menyenagkan hidup sebagai agama non katolik sebelumnya, bagaimana hidup miskin dan injil adalah bagian dari hidup sosial dan budaya untuk terhindari aspek pengadilan.

Hal ini dipahami dengan baik bahwa untuk memperoleh kehidupan sosial budaya, serta ketajaman hidup merupakan awal dari kebutuhan para imam terhadap  budaya sosial yang diperoleh melalui injil dan moral yang rendah.

Persaingan seksualitas kaum perempuan menjelaskan bahwa berbagai kebutuhan sosial seringkali dengan adanya bahaya dalam konflik tercipta sesuai keinginan menguasai atau kekuasaan, dan kemiskinan untuk memperoleh harta duniawi. Dengan begitu menjelaskan berbagai ragam konflik yang terjadi adalah bagaimana kehidupan sosial berasal dari politik ekonomi.

Jawa pada masa itu lebih senang menghindari kekerasan di pengadilan, dan lebih senang di tindas oleh sukunya sendiri adalah Jawa. Berbeda dengan masalah seksualitas berasal dari kehidupan keras yang berasal dari kebutuhan hidup manusia terhadap masyarakat Jawa sebagai tukang ribut dan penyebab konflik serta penyingkiran kekuasaan sesuai kebutuhan seksualitas.

Rasa tidak malu kaum agamis dan keluarga imam diketahui dengan jelas karena kebutuhan kekuasaan dan ekonomi, untuk wilayah miskin berasal dari kalangan Tionghoa Hakka dan urbanisasi terjadi, kekejaman bangsa Dayak – Tionghoa terjadi,  oleh sekumpulan Tionghoa melalui non gereja katolik, dan tenaga medis di RI. 

Serta dan Persekolahan, dan kebutuhan sehari - hari terjadi dilakukan oleh mereka secara kolektif, itulah kekejaman hidup mereka sebagai Indonesia, dengan cara seksualitas "Batak" 2002 - hingga 2011 menuai keributan yang terjadi di publik tanpa malu kelakukan hidup bangsa Dayak - Jawa dari kehidupan sosial budaya, dan agama kristiani.

 

0 comments

Recent Posts Widget
close