Rempah – Bagian Timur Menjadi Barat Indonesia

Timur Indonesia, dikenal dengan rempah yang baik diberbagai wilayah yang ada di Indonesia, dahulunya sebagai pertahanan yang baik bagi kualitas makanan bagi bangsawan Inggris. Pada abad 18 di Indonesia, berbagai kalangan terus memproduksi hasil pertanian tersebut dengan baik.

Di bagian timur itu terdapat sejumlah rempah yang baik, bagi kalangan misionaris Barat yang hendak menjadi awal dari kehidupan tradisional. Perkampungan Timur di Indonesia, bagian NTT kini telah menjadi tempat agama kristiani berada tidak jauh dari Timur di Indonesia.

Bagi yang enggan bertani, mereka lebih memilih jubah atau sebagai pastor atau pendeta pada tahun  1967 konflik terjadi di pedesaan Jawa - Batak - Dayak Hilir - Tionghoa Hakka - Pontianak. Hal ini menjelaskan kedudukan dan mata pencaharian mereka saat ini di sebagai orang yang mengimani kristus, berurbanisasi Jakarta guna bertahan hidup pada pembangunan ekonomi lokal - birokrasi.

Pada masa itu juga, berbagai aspek kehidupan agama dan budaya masih melekat pada masyarakat suku yang tinggal di bagian Timur di Indonesia. Ketika mereka ingin hidup dengan moralitas dan etika maka mereka dapat dipahami berbeda jauh pada aspek seksualitas yang berdampak pada psikologis kehidupan sosial secara umum.

Konflik rasial bagian timur tetap akan terjadi dengan baik, akan berbeda dengan aspek kerusuhan Ambon - Madura yang terjadi pada tahun 1999 di Indonesia. Hal ini tidak mengurangi rasa hormat mereka sebagai orang membuat konflik di masa lalu – kristiani.

Sementara, kalangan yang berasal dari kehidupan sosial budaya dan agama akan menciptakan moralitas dan etika bermasyarakat di berbagai kalangan. Tionghoa di Indonesia sebagai pedagang, akan menempuh cara baik dan tidak atau kotor kehidupan ekonomi dan bisnis yang dibangun diberbagai wilayah di Kalimantan, Timur – Indonesia.

Ketika hasil hutan tidak lagi menjadi baik pada masa modern saat ini, mereka berlomba – lomba menjadi bagi dengan adanya politik identitas dan politik agama yang berasal dari kalangan agamis, dan etnik. Hal ini menjelaskan kebiadaban mereka di masa lalu pada abad 20.

Kehidupan kotor dan kekerasan terjadi dengan aspek ekonomi dan bisnis yang begitu kotor yang dibangun dalam ruang dan rumah ibadah, dengan cara apapun mereka mencari uang atas nama pelayanan dan kehidupan kawasan hutan di pedesaan  Tionghoa Indonesia  – masyarakat adat Indonesia di masa lalu.

 

0 comments

Recent Posts Widget
close