Pontianak – 1999 setelah kerusuhan yang dibuat oleh sejumlah masyarakat Dayak – Tionghoa Hakka, diketahui dengan adanya aspek budaya dan agama yang lepas dari lingkungan budaya dan agama. Maka sistem asimilasi budaya tampak pada kehidupan para lelaki dan perempuan dalam kehidupan budaya hingga saat ini.
Kehidupan asimilasi budaya, tampak pada seksualitas, dalam hal ini kemiskinan yang diciptakan dari perampasan di masa lalu, konflik etnik 1967 – 1999, dan konflik agama dan perang pada masa kolonial Belanda - Timur Indonesia seperti Ambon dan NTT tempat pengaruh yang baik pada setiap pastoral ketika itu.
Tentunya
berdampak pada psikologis, dan seksualitas – kalau hukum uang anda menyelamatkan sebagai bentuk
konflik dan persoalan di masa lalu – Tionghoa – Dayak – Jawa – non priyayi di
Kalimantan.
Kemiskinan yang dianggap memiliki moralitas dariberbagai kalangan, terutama laki – laki dalam kehidupan baru misalnya, dan perempuan ketika bekerja. Tentunya hal ini menjelaskan bagaimana mestinya moralitas orangtua mereka dalam organisasi, komunitas, dan sebagainya.
Setelah masa itu, berbagai kalangan sosial mesti menyadari bagaimana mereka hidup dengan aspek kehidupan sosial dan budaya, dengan pendidikan dan kelayakan mereka dalam hal ini. Biasanya pendidikan disetting oleh orang menempatkan posisi kerja.
Dalam setiap lembaran kertas daftar di setiap Keuskupan Agung Pontianak, melalui ketua kring, anggota atau komunitas untuk menjaga etika dan bicara anda atau ingin berpura - pura baik - 2008 terutama paroki - toleransi umat beragama.
Kehidupan sosial Tionghoa – Dayak untuk kelas sosial kebawah, kalangan yang tidak
memiliki pengaruh apapun di masyarakat itu semena – mena terjadi. Hal ini
menjelaskan bagaimana kedudukan anda di sini. Baik itu sebagai pengajar, dan
birokrasi serta tenaga medis seperti anda.
Pada sistem pendidikan lebih baik, setelah lulus sekolah atau
kampus di sesuaikan diberbagai perusahaan asing – pembenahan diri
lebih baik dengan moralitas ekonomi – bisnis anda di Pontianak – Jakarta misalnya,
dengan upah kebijakan daerah dan lainnya hingga saat ini 2015an.
Begitu juga untuk para imam, dengan posisi yang layak atau tidak
untuk dipahami dengan baik sekali moralitas dan kehidupan spritualitas menjadi
baik dalam kondisi seperti itu. Menempatkan diri anda, dengan berbagai ragam
kehidupan sosial, dan persaingan yang tidak sehat tentu terjadi.
0 comments