Pontianak, di tinggal oleh Tionghoa Hakka Pontianak, dengan bisnis – ekonomi yang bersumber dari hasil hutan dan laut. Hal ini diketahui bagaimana bisnis di masyarakat kota Pontianak terjadi, pada krisis ekonomi 1999 terjadi di Pontianak, bagaimana mereka berasal dari kepentingan bisnis dan spritualitas di Pontianak.
Pada tahun 1980an sebelum masa Orde Baru runtuh pada tahun 1999,
dalam hal ini ekonomi di Indonesia, mengalami krisis pangan, sandang dan sumber
daya manusia. Urbanisasi terjadi pada tahun 1967an dan pembentukan kota
Pontianak berasal dari masa pemerintah RI.
Konflik etnik berawal dari perebutan kekuasaan, pangan atau
pertanahan, dan kehidupan ilmu pengetahuan dapat diketahui bagaimana perampasan
harta benda terjadi pada masyarakat pribumi – Tionghoa Hakka, Pontianak
terjadi.
Berawal dari konflik etnik, baik sengaja dan tidak guna
berurbanisasi dan bekerja pada masa pemerintah Republik Indonesia, berawal dari
kehidupan etnik di hutan yang memiliki pengetahuan rendah, berasal dari
kebudayaan di masa lalu, pada birokrasi – kekuasaan.
Perdagangan yang melampaui berbagai hal terkait dengan aspek
kehidupan sosial budaya Tionghoa, berawal dari perkebunan, dan pertanian yang
berdampak pada konflik pertanahan, hasil dari urbanisasi – spritualitas yang
masih muda di Pontianak berawal.
Kolonial belanda Tionghoa Hakka, dengan pengelolaan hasik hutan dan pertanian serta
konsumsi tentunya mengalami hal yang baik pada pertumbuhan manusia hingga saat
ini masih alami. Hanya para pendatang yang berasal dari pribumi hendak dipahami dengan
adanya moralitas dan etika dan kekuasaan yang dibentuk berdasarkan spritualitas
di masa lalu pada Islam di Jawa – Melayu.
Pendatang berasal dari birokrasi rendah Tionghoa – dan pribumi di
Indonesia, amat berbeda dengan konsep bisnis Tionghoa – pribumi pada
kepentingan mata uang dan filsafat. Islam di Indonesia, dalam hal ini berperan
pada sistem kekuasaan, tentunya kejujuran dan bisnis dan ekonomi menjadi
penting pada kalangan Tionghoa di Indonesia.
Hutan Kalimantan – pada tahun 1970an berlangsung dengan manusia di
pedesaan, menuju Ibukota untuk bekerja dan berasimilasi sesuai mata uang,
karakteristik tanpa pengetahuan yang berasal dari kebodohan mereka sebagai
Tionghoa Hakka – pribumi di Indonesia.
Maka, pembangunan bisnis di Pontianak berawal, dan berbagai pandangan kehidupan primitif yang hidup
berpindah – pindah, berdasarkan kekuasaan di Pontianak. Hal ini berdampak pada
moralitas dan ekonomi – bisnis yang baik
di kawasan hutan Kalimantan - Dayak.
0 comments