Keuskupan Agung - meliputi hasil hutan yang berasal dari bisnis dan ekonomi yang berasal dari pertanian, dan perkebunan rakyat. Hal ini dapat diketahui berbagai harga yang naik pada komoditi tanaman keras yang berasal dari berbagai Negara, seperti sawit, karet, dan tengkawang.
Pertanian hasil dari perkebunan buah dan peternakan akan dapat
ditemui di Singkawang seperi alpokat, mangga, jeruk dan jenis pertanian
lainnya, sepertu sayur mayur yang dapat dikelola dan diperoleh diberbagai
wilayah yang ada di Pontianak dan Singkawang.
Hal ini dapat ditemui dengan adanya aspek kehidupan sosial budaya
di masyarakat Tionghoa dan pribumi seperti Melayu – Dayak di sini, serta
perantauan dari masyarakat Jawa dengan ilmu pengetahuan pertanian yang dibawa
oleh misi Gereja Katolik, dan pemerintah pada masa itu tahun 1970an.
Menjelaskan bahwa Tionghoa di Indonesia, pada sistem politik dapat
diketahui dengan adanya moralitas ekonomi, dari kalangan
masyarakat Desa. Kehidupan sosial Tionghoa di Indonesia dengan mata pencaharian
diketahui melalui pertanian, perdagangan, dan mencakup buruh tani, birokrasi
rendah, akibat politik di tanah Jawa, dikarenakan ketidaksenangan.
Sedangkan kaum priyayi dan Tionghoa Indonesia, pada bidang kesehatan dapat diketahui bagaimana urbansiasi dan migrasi
setelah berekonomi dan politik di Indonesia, dengan kemiskinan suatu Negara,
dan Gereja Katolik – Protestan.
Maka, ketika mereka hidup pada dua bidang tersebut bagaimana mereka merebut kedudukan dan matapencaharian sebagai bentuk dari seksualitas, politik ekonomi, dan agama kristiani - Budha - Konghucu, dan Islam (orang) di Indonesia.
Sebagian berurbansiasi - Jakarta, dan bersekolah serta pendidikan di Negara maju sepulang di Indonesia hanya menjadi tontonan, serta menjadi pedagang untuk membangun dan resistensi ekonomi liberal, milik Negara maju.
Budaya malu dan moralitas hilang serta kriminalitas Tionghoa terjadi, Walikota Pontianak, (Bong - RT 003) Golkar - PDI Perjuangan - Demokrat Batak Sihombing, di Pontianak - Jawa, Lai.
Kekejaman, ketidakjujuran dan spritualitas menjelaskan sistem budaya di Indonesia, terutama pada kelas sosial menegah dan kebawah di Indonesia, melalui penyingkiran politik, dan diplomasi, serta ketidakjujuran suatu bangsa di Indonesia.
Dalam hidup beragama kristiani dan non dan berbudaya di Indonesia, berdasarkan history pembangunan bangsa di Indonesia 1970an - hingga sekarang.
Perubahan agama kristiani di Pontianak, di narasikan umat kristiani disini dengan mematuhi sebagai orangtua perintah Tuhan, begitu juga mengenai konsumsi dan ekonomi.
Melalui persoalan dapur yang membinasakan. Ketika mereka hidup dan filsafat buruk dapat diketahui kelakukan di masyarakat, serta dalam rumah, dan gereja.
Biasanya orang yang baru mengenal Tuhan, atau sudah mau meninggal masuk Katolik kelakuan beragama Budha - Konghucu, di Indonesia, dan tidak tahu malu Tionghoa Indonesia - pribumi pada kalangan biasa (orang), bahkan tidak akan pernah naik sebagai politisi dan berharap mengenal Tuhan.
Kepentingan lainnya, dalam politik selain itu adalah pada gereja katolik, adalah rasa syukur kepada Tuhan dengan ekonomi di peroleh (mingguan - bulanan) pekerjaan serta lainnya menjadi dasar dari aspek kehidupan sosial budaya di masing - masing wilayah.
Pontianak, Kejahatan orang Tionghoa Hakka - Dayak (hilir, Kab Landak, Mempawah, Bengkayang, Singkawang, Sambas) disini, pada sistem ekonomi adalah menyingkirkan pekerjaan orang, karena ketidaksenangan dan lainnya berdasarkan aspek moralitas dan ekonomi.
Peristiwa konflik yang terjadi misalnya salah satu kota kecil disini, atau disuruh melakukan tindakan tidak baik, maka pengenalan Tuhan akan lebih baik sejak kapan? pada misionaris ketika itu lebih awal di Kab. Kapuas Hulu pedalaman 1880an - 1930an.

0 comments