Tionghoa Hakka, Seksualitas, Dan Ekonomi Politik Di Pontianak

Berada pada lingkungan Tionghoa Hakka, dari hulu hingga hilir di Kalimantan barat, tentunya memiliki cerita panjang pada pengelolahan hasil hutan dan laut di Kalimantan Barat. Orang yang mengelolanya juga bukan dari kalangan kelas sosial biasa saja, tetapi pendatang yang berasal dari Kapuas Hulu dan berurbansiasi Pontianak.

Penduduk adat setempat yaitu masyarakat suku Dayak mengenal ekonomi tentunya dari Orang Tionghoa yang berasal dari negeri yang jauh seperti China atau RRT. Rasa syukur dengan hasil diperoleh adalah suatu bentuk masuk agama katolik di Kalimantan barat, tepatnya di Sejiram Kapuas Hulu.

Hal ini tanda bahwa sebelum masuk agama katolik, perubahan ekonomi dan budaya di masyarakat Tionghoa di Kalimantan barat berbeda. Hingga saat ini, terjadi adanya asimiliasi budaya seksualitas dengan berbagai pandangan dari setiap keinginan dan ketidaksenangan lingkungan paroki - non kristiani.

Pengelolahan hasil hutan dan laut, serta sungai merupakan suatu kehormatan bagi mereka yang mengerjakan hal tersebut. Maka, dengan adanya sumber pemasok makanan, dan konsumsi akan lebih baik dengan budaya malu bagi setiap masyarakat pribumi yang tinggal dari ekonomi di Pontianak.

Kehidupan sosial, dan lingkungan menjadi penting dalam melihat berbagai hal terkait moralitas dan kerja yang dibuat berdasarkan aspek kepentingan politik ekonomi. Tidak hanya itu saja, hasil dari prilaku tersebut akan muncul bagaimana oknum tidak senang dalam hal ini.

Berbagai hal terkait dengan moralitas dan ketidaksenangan suatu bangsa Tionghoa dikarenakan status sosial, kelas sosial, dan ekonomi akan berawal dari seksualitas. Maka, hanya kaum pribumi atau Jawa, dalam hal ini kepo terhadap persoalan dan haus kalangan sosial atau kelas sosial. 

Hingga penyingkiran pekerjaan, kekerasan verbal, dan fisik dilingkungan gereja katolik, di Pontianak, 2022- 2023 yang dilakukan oleh orang Tionghoa – pribumi. Maka, dengan demikian berbagai hal dari hidup mereka sebagai Tionghoa Hakka. 

Akan lebih dipahami dari ketidaksenangan dengan adanya seksualitas terjadi. Maka, sistem ekonomi dapat diterima dengan baik sesuai dengan karakteristik dan hasil yang diperoleh bagi mereka yang hidup miskin 1945 - 1980.

Sedangkan terjadi adanya migrasi dikarenakan berbagai alasan yaitu ekonomi, politik dan seksualitas yang dipahami laku dan tidaknya ketika mereka hidup, saling kolektif menyerang baik itu lingkungan keluarga berawal dari rumah pusaka, hingga sekolah, dan kampus, Islam Tionghoa.

0 comments

Recent Posts Widget
close