Keuskupan Agung Pontianak, suatu hari tepatnya pada hari sabtu misa dimulai dengan perayaan misa seperti biasa, tampak khotbah disampaikan dalam menyindir serta tidak senang pada ekonomi Barat tampak dalam setiap khotbah yang disampaikan oleh Tjeng, itu adalah salah satu iman asal paroki di Sambas, Pemangkat.
Dengan dihadari umat, bahwa dengan kutipan sederhana “merasa
hebat kerjakan sesuatu sendiri, merasa hebat” Juli, 2023. Kalau budaya Barat, dan Asia seperti Korea
demikian awal kehidupan karakteristik hidup mereka, dikalangan kelas sosial
atas dan bisnis, berbeda dengan budaya Tionghoa Indonesia - pribumi.
Kebetulan imam ini hidup dalam kalangan biasa, atau kelas
sosial biasa dengan pendidikan yang diprogramkan, dan bantuan dalam mata uang
Indonesia. Kehidupan awal para imam dan keluarga tidak berbeda jauh dari
kehidupan sosial dan mata pencaharian mereka selama hidup berkeluarga dan
berekonomi, biasa hidup sebagai pengajar di gereja katolik setempat.
Hal ini, tentunya membuat kaget dalam setiap penyampaian
khotbahnya demikian, karena dengan persoalan itu tampak pada sistem bisnis dan
lingkungan sosial, yang berasal dari urbansiasi pedesaan dan kalangan kelas sosial mencakup kelas pekerja, pendidik, pengusaha, birokrasi, dan asisten rumah tangga serta petani, berdasarkan kaum masyarakat adat asli disini.
Orang seperti itu, adalah keburukan yang ada di kota
Pontianak, hasil dari sumber daya manusia Tionghoa dan masyarakat asli meliputi
masyarakat Dayak – Melayu, dan Batak serta Jawa, berawal dari kemiskinan hidup
mereka di masyarakat dan Negara 1945.
Maka, dijelaskan dengan setiap obrolan, dan khotbah serta
kekerasan yang berunsur kebijakan yang dibuat dalam setiap perayaan misa,
dengan posisi hanya imam, mentok paling paroki di gereja katolik, tidak hanya
itu saja hal ini menjelaskan bagi imam pribumi di gereja katolik Pontianak.
Jakarta, moralitas ekonomi, dan bisnis penting dalam hal ini
maka berbagai persoalan terkait dengan karakteristik masyarakat Barat yang
individual terjadi dengan adanya perusahaan dan bisnis berdasarkan kebudayaan Tionghoa Indonesia dan pribumi tidak mampu dengan adanya ide dan gagasan karakteristik kolektif atau beramai - ramai masyarakat asli, dan Tionghoa Indonesia.
Kemiskinan suatu Negara, dipaksa oleh pemuka agama RI untuk turut dalam pembangunan di Indonesia, dengan berbagai kepentingan politik di Indonesia. Hal ini mencakup kaum pribumi dan minoritas yang berbeda yaitu Tionghoa.
Akan mengalami krisis ekonomi politik (perbankan) selama tinggal dan hidup di disini dari karakteristik hidup (kaum laki- laki), serta ketidakjujuran Tionghoa INDONESIA dan hasil seksualitas dan kaum pribumi. Hal ini tentunya mencakup lingkungan pergaulan, ingin berkuasa (bahasa), dan memeras tidak berbeda jauh dari apa yang digunakan, (djan) Tionghoa 1970an.

0 comments