Sosial Ekonomi PERDUKI, Indegeous People, Tionghoa Indonesia

Perduki, masyarakat adat asli atau yang dikenal sebagai Indegeous People di Indonesia, akan dibahas dengan adanya sosial kehidupan disekitar kawasan hutan. Hal ini berdampak pada pengelolaan hasil hutan, perikanan, dan lainnya diketahui dengan adanya budaya lokal di masyarakat asli.

Kehidupan sosial, budaya dan agama serta kekejaman masyarakat adat di masa lalu tepatnya pada tahun 1970an tentunya yang tinggal dikawasan hutan di Kalimantan. Kaum Batak yang berurbanisasi di Pontianak, dengan Islam (orang) dalam pembangunan ekonomi Tionghoa Indonesia, dan kebiadaban mereka hidup pada sistem ekonomi di Jakarta 1960an.

Saat ini, mereka hidup pada birokrasi dan kawasan kota dalam sistem politik di Indonesia, penyingkiran pekerjaan, gaya hidup, dan konsumsi dilakukan dengan adanya terencana, serta aset yang akan dirampas seperti uang, dan property.

Kejahatan ekonomi, dilakukan oleh orang Tionghoa – Dayak dan Jawa yang hidup di Pontianak, dengan berbagai kebijakan daerah, dari hasil partai politik yang terjadi pasa masa reformasi. Hal ini, dijelaskan kekejaman para pastor atau imam kapusin di masa lalu, Kab. Sintang tentunya pada Keuskupan Agung Sintang.

Kebiadaban kaum masyarakat adat kota Pontianak, yang meliputi orang Tionghoa Hakka, dan Dayak yang asimilasi seksualitas, karena dampak pada kemiskinan di Indonesia, berawal dari adanya birokrasi, dan perusakan hutan ada pada masyarakat adat Asli - Tionghoa.

JAKARTA, urbansiasi hidup mereka di masyarakat adat, guna mendapatkan uang bagaimana mereka ingin berlangsung dengan kehidupan licik medis para dokter di Indonesia.  Lulusan sekolah swasta seperti Santo Petrus, dan imam Kapusin. 

Ketika teroris 2002, dan berkedok agama katolik dan penyingkiran pada pemberkatan nikah, ingin berkuasa ternyata, Kab. Landak, (Tionghoa - Dayak) 1970an. Dalam hal ini dimungkinkan terlibat dalam setiap perkara yang terjadi pada kelompok pengusaha di Indonesia, seperti Perduki. 

Hal ini, menjelaskan adanya karaktersitiki tercipta dalam masyarakat NTT (Kemiskinan) - Kapuas Hulu rentang waktu mengenal Tuhan pada masa Belanda.  Tanpa punya malu, maka dijelaskan adanya hidup awal Tionghoa Indonesia.  

Sebelum migrasi terjadi di sejumlah Negara, menjadi kompeni perdagangan, dan gertakan gigi (koki), pelayan restoran, dan Asisten RT yang berasal dari kalangan Tionghoa - Jawa pada sistem politik Indonesia terbentuk, caranya, sederhana kedok agama katolik - non dengan konflik dibuat karena kelas sosial, dan status pendidikannya yang dramatis. 

Untuk bersaing dengan keagamaan lainnya pada masyarakat adat dan agama  Budha – Katolik, yang dilakukan ekonomi politik, dan pemerasan pada kalangan masyarakat Dayak – Batak, dan Tionghoa Indonesia, dalam ikatan jalinan cinta, Sihombing, di Pontianak HKBP.

Rasa budaya tanpa malu, pada kelas sosial biasa itu adalah masyarakat adat, Batak - Jawa -  Dayak dan Tionghoa disini mencakup pedagang dengan etika dan moral seorang (kriminal) yang tidak mencakup  dengan kelas sosial keatas, misalnya kalangan pejabat, elit politik. 

0 comments

Recent Posts Widget
close