Migrasi, Budaya Seksualitas, Dan Tionghoa Indonesia

Indonesia, seksualitas masyarakat adat akan tampak pada dinamika sosial budaya dan kepentingan dari pembentukan kota Pontianak berawal di tandai adanya penyingkiran birokrasi oleh kaum masyarakat adat meliputi orang Melayu, dan Dayak di Pontianak, pada tahun 1970an – 80an.

Hal ini, dilakukan oleh kaum masyarakat adat Tionghoa meliputi agama Budha – Konghucu yang numpang hidup kini di gereja katolik di Pontianak,  Indonesia. Penyingkiran tersebut dilakukan oleh orang Tionghoa dan Batak di Indonesia, di Sumetara berawal oleh Sihombing ketika mencari kehidupan ekonomi politik di Indonesia.

Kejahatan kaum pribumi di Indonesia, ditandai dengan adanya kekuasaan dan mata pencaharian di bidang kesehatan dan medis, di gereja katolik di Indonesia. Melalui atas hukum agama katolik dan para imam, maka dapat diketahui topeng spritualitas hidup di masyarakat Indonesia, yang penuh dengan budaya tidak baik.

Pada tahun 1990an ketika krisis ekonomi politik di Jakarta, masih di lakukan masyarakat adat Tionghoa Indonesia, dan birokrasi juga demikian oleh kaum masyarakat Jawa, maka kini hidup dan agama dalam melihat ekonomi politik di Kota Pontianak, yang menjijikan dan penuh dengan kejahatan di dalamnnya.

Hal ini menjadi catatan kebenaran akan Tuhan, dan hidup di masyarakat hingga saat ini, kemiskinan terjadi, dengan menjual berbagai program untuk dikasihani berbagai Negara bagian di dunia. Maka, dapat dipahami mereka hidup pada asimilasi budaya sosial, tanpa terkecualit dari kehidupan masyarakat adat di Indonesia.

Tionghoa pada tahun 1967 Dayak - Jawa (nenek moyang) meliputi wilayah Mempawah, Kab.Landak, dan Kab Bengkayang (wilayah Hilir) - Kalimatan Barat, orang yang paling jahat dan kejam dalam birokrasi 1945 - hingga sekarang pada masa Gubernur Oevang Oeray.

Hidup masyarakat kristiani, migrasi, dan bersekolah di sekolah swasta, layaknya seperti numpang hidup dari hasil kekuasaan dan seksualitas dan spritualitas katolik di Vatikan dan bertopeng kejahatan seperti bisnis dan politik dalam pelayanan agama katolik di Indonesia.

Hal ini digambarkan dengan baik, senang menggangu kehidupan masyarakat adat Tionghoa - pribumi  pada masa kolonial belanda, dan memaksa seksualitas kaum Tionghoa perantauan. Itu menjelaskan bagaimana mereka hidup dalam kawasan sosial dan budaya masyarakat adat Tionghoa di Indonesia hingga saat ini.

Bagi yang berkepentingan pada politik, ekonomi dan sumber daya manusia, kejahatan medis menjadi baik direncanakan oleh kaum Tionghoa dan Jawa di Indonesia, dalam hal ini Lai Notaris yang tidak memiliki malu dalam kehidupan agama kristiani di Indonesia, hingga saat ini 1990an – 2002, Hingga sekarang.

0 comments

Recent Posts Widget
close