Pontianak, Negara Miskin, tionghoa Indonesia, sampah di masyarakat, itulah paling baik terhadap medis dan pendidikan masyarakat Batak dan Tionghoa, Dayak Serta Jawa di Indonesia, dengan memeras, dari hasil seksualitas melalui gereja katolik - protestan.
Dikarenakan kemiskinan 1967 - Orde Baru setelah bermigrasi Negara di Malaysia, Lai Notaris, dengan menjual hukum dan medis migrasinya, serta aset hasil numpang hidup Tionghoa di Indonesia. Hal ini dijelaskan dengan nama Sri berunsur Jawa yang tanpa malu di Ibukota Jakarta pada medis dan pendidikan.
Di gereja katolik untuk bekerja sebagai imam dan pendeta, dan berkuasa dalam hierarki, berkedok agama katolik dan protestan di Indonesia karena sebelumnya hidup miskin dan beragama budha – Konghucu masyarakat adat disini. Pontianak, memiliki cerita sendiri terhadap pelaku bisnis kita dan daerah - birokrasi.
Dimana tukang tipu dan ketidakjujuran kaum masyatarakat Tionghoa dalam berdagang dan berekonomi. Hidup di gereja sebagai sampah di masyarakat pribumi Indonesia. Dengan mata pencaharian birokrasi rendah, pegawai bank, aktivis, dan pengusaha toko serta pendidik.
Maka diketahui dapat dijelaskan ekonomi pada kedokteran dimulai sejak Orde Bari 1970an di Kalimantan Barat. Orang Indonesia dengan berbagai ragam hidup sosial di instansi dan rumah sakit. Dengan kebuasaan hidup pada masyarakat adat yang memiliki latar belakang kelas sosial rendah sebelumnya.
Pada masyarakat Jawa dan Tionghoa. Karena takut mendapatkan PHK sebagai karyawan dilakukan keluarga beralih pada medis dan politik Lai Notaris dan Lim di Pontianak. Maka dijelaskan bagaimana kehidupan medis dan gereja di Indonesia bermula dimulai dari kebiadaban orang Tionghoa Indonesia itu dan pribumi pada masa kolonial Belanda, dan RI terulang kembali.
Latar belakang kehidupan sosial, masyarakat Tionghoa Indonesia dan kebiadaban seksualitas hasil hidup miskin maka migrasi terjadi di berbagai Negara, seperti Amerika Sertikat, Inggris, dan Australia, dan Malaysia, dimulai dari Pontianak dan Jakarta.
Kebualan hidup sosial akan tampak pada budaya dan dinamika hidup mereka di masyarakat, serta apa yang penting dalam memahami struktur kekuasaan, tenaga medis, dan spritualitas. Orang pribumi yang meliputi Jawa, dan Tionghoa Indonesia, Dayak serta Melayu, dan Batak.
Hasil seksualitas karena mengemis dan
hidup pada politik kotor pada birokrasi sebelumnya pada tahun 1960an – 1999 di
Pontianak, Sejak masa Oevang Oeray, dan penyingkiran terhadap dinamika budaya sosial yang terjadi terutama pada bidang kesehatan.
Kemiskinan sebagai symbol untuk rasa malu terhadap, budaya
spritualitas, ekonomi, dan medis, sebagai bentuk dari kehidupan
yang buas dan biadap di masyarakat dan nenek moyang di Indonesia. Sejarah medis di gereja – gereja katolik
dan protestan serta Islam akan memiliki pandangan terhadap pengetahuan dan
kehidupan sosial di masyarakat di masa lalu.
Maka, politik di Indonesia sebagai orang kelas sosial yang tidak
memiliki malu, dan moralitas, medis, yang memaksa serta seksualitas terhadap
kelas sosial, dan memeras tidak berbeda jauh dilakukan oleh kaum pribumi dan
Tionghoa Indonesia pada pembangunan ekonomi dan manusia di Negara RI.

0 comments