Dayak : Indegenous People, Sosial Ekonomi, Muda Energik

Pastoral kegiatan kaum muda menjelaskan, kemajuaan sosial ekonomi masyarakat di Pontianak, berbagai kegiatan masyarakat yang berdatangan untuk berdoa, dan menyiapkan kebutuhan pangan dan hidup di pedesaan, kawasan hilir lebih pertanian, peternakan, dan prikanan.

Hal ini menjelaskan adanya kegiatan yang dilakukan setiap penggalangan dana kaum muda, dan anak remaja missioner. Di Keuskupan Agung Pontianak, telah dinamis berubah sejak tahun berdirinya SEKAMI.

Pada tahun ini, tepatnya covid19 kegiatan misa di gereja katolik tetap ditiadakan dengan mengetahui tingkat kriminalitas, dan penghasilaan yang rendah di Pontianak 1980an - 2023. Penggalangan dana dilakukan seperti menyiapkan konsumsi atau sarapan pagi, seperti snack, dan makanan ringan, hingga konsumsi sayur – sayuran.

Hal ini menjelaskan adanya budaya, birokrasi, dan militer terutama untuk pangkat yang rendah, disekitar kawasan masyarakat adat ini. Maka, dijelaskan adanya ketidaksopanan bagi pendatang, serta kehidupan sosial budaya dan agama dalam setiap aspek masyarakat Tionghoa Hakka dan Pribumi di Indonesia.

Kegiatan seperti itu menjelaskan adanya perubahan sosial, ekonomi dan dinamika budaya masyarakat Indonesia, dengan budaya lainnya. Terutama dalam hal ini berdasarkan ragam kehidupan sosial, dan kesalahan masa lalu masyarakat Dayak dan Tionghoa Hakka di Pontianak, dan karakteristik tidak jujur. 

History, pada tahun 1967 dan 1998 serta penyingkiran birokrasi yang dilakukan masyarakat setempat yang dialami oleh (djan) 1980 - 1998, katanya, dengan peristiwa yang terjadi di Kab, Sintang dan Pontianak. 

Hal ini menjelaskan terbentuknya ekonomi dan kota Pontianak, dan kriminalitas dilingkungan rumah tangga, RT 003 kini menjabat dan orang Tionghoa - , di Kalimantan Barat.  Dilakukan oleh masyarakat Orang Dayak,  Orang NTT, dan Melayu. 

Dan sebelumnya beragama (Budha - Konghucu, dan Islam).  Menurut saya, dramatis karena hidup miskin, wilayah dan daerah. Tionghoa djan pada tahun itu, dengan aspek kehidupan budaya dan bisnis serta kesehatan. 

Dan pekerja kini bertani memasuki masa pensiun, setelah itu menguasai pertanahan dari hasil makan  sehari - hari dari hasil anak - anaknya, maka jelas bagaimana kehidupan laki - laki dan mereka peroleh tanah itu, di Pontianak, sebagai kebiadaban hidup sebagai orang Tionghoa non kristiani sebelumnya.

Tidak berbeda jauh dari masyarakat asli dan konflik budaya Tionghoa mengenai krisis ekonomi, di Jakarta yang berasal dari kalangan Jawa - mahasiswa, yang berpindah pada kehidupan keraton sebelumnya. Pada tahun 2023, tepatnya tingkat kemiskinan dan pengganguran terjadi berdasarkan ekonomi karakyataan oleh Orang Tionghoa dan Masyarakat adat di Indonesia.

Maka, peran gereja dapat diketahui di Pontianak, dan Indonesia. Tingkat Keuskupan dalam hal ini, mengetahui umatnya dalam persoalan masa lalu hidup di pedesaan dan di Jawa, pada masa Kekuasaan di RI. Kejahatan yang seiring dipenuhi dengan ekonomi, atau kaya dan kelas sosial. 

Maka diganti dengan perbuatan hukum yang dibuat oleh kejahatan, tidak berbeda jauh telah dilakukan baik dalam pemaksaan seksualitas 2011 - 2021, Sihombing, di Kawasan Notaris Sri Hastuti Lai, pada birokrasi rendahan melalui tugas sebagai birokrasi, dengan upah Rp.25.000 - Rp. 75.000 1980, Jakarta.

Saat ini, untuk numpang hidup, ketika sudah berumur - masa pensiun di gereja katolik, untuk tidak bekerja ketika sebagai tenaga medis, dan pendidik di Pontianak, menjelaskan hal tersebut, dari kebiadaban orangtua hidup 1998 di Pontianak sebagai agama non kristiani mereka di masa lalu, 1945, dan Kolonial Belanda.

Kejahatan di masa lalu, menjadi awal pertobatan mengenal iman kristiani, untuk mendapatkan kekayaan kehormatan dan Kesehatan telah menjelaskan sejarah hidup masyarakat urbanisasi kaum Tionghoa Indonesia, dan Pribumi pada tataran kelas sosial biasa terutama seksualitas.

Karakteristik masyarakat Pribumi yaitu kristiani dan non, yaitu ingin menguasai tempat ibadah, tenaga medis, dan pendidikan dalam tingkat kemiskinan dan pengangguran hidup di masyarakat,(Keuskupan Agung, 2002) terutama kawasan Kalimantan Barat ini. Maka, jelas bagaimana migrasi dan urbanisasi terjadi, pada birokrasi tahun 1980an di Pontianak dan Jakarta, Negara tetangga Malaysia.

 

0 comments

Recent Posts Widget
close