Budaya konsumsi ditandai sebagai alat kehidupan masyarakat adat yang mengenal berbagai kehidupan sosial terhadap interaksi penjual dan pembeli. Hal ini diketahui melalui daya beli masyarakat di pasar berdasarkan konsumsi yang dipelajari sebagai ruang ekonomi.
Pasar tradisional
memiliki tempat terhadap budaya ekonomi, atau gereja dalam rumah – rumah yang
berasal dari kehidupan urban Cina Town dan penduduk asli. Konsumsi yang ada
beragam, dimulai dari makanan tradisional Cina yang disebut sebagai Choipai,
lokok-lokok, dan kue ringan sebagai cemilan tradisonal.
Yang diketahui dari
hal ini, maka konsumsi masyarakat adat selalu di rasa melalui menu yang
tersedia, dengan apa yang dipahami sebagai pasar tempat tawar menawar terjadi
dengan adanya budaya dan kehidupan sosial atau rasa.
Budaya Jawa mengenal
Cipta Karya dan Rasa, yang diketahui dengan adanya budaya masyarakat adat yang
belum di ketahui dengan kehidupan sosial melalui konflik ekonomi, dan budaya
hal ini selalu dipahami melalui masalah kehidupan masyarakat adat setelah
konflik 1998 terjadi.
Ekonomi perdagangan,
yang ditekuni oleh masyarakat Cina Town, dipasar – pasar pembelanjaan modern,
lalu diikuti oleh masyarakat adat atau asli terutam di Jakarta, dan Jawa. Hal
ini terjadi adanya kehidupan bisnis yang dilalui menarik untuk di investasikan
dan pelajari dengan kemajuaan penduduk Urban.
Apa yang menarik dari
konsumsi masyarakat dalam kesehariannya, adalah ketika jajanan pasar kini
dipahami sebagai bentuk dari makanan yang layak dikonsumsi oleh kalangan
menegah – atas. Maka, nominal yang dikeluarkan dalam kehidupan sehari – hari
tampak dibutuhkan sebagai bentuk dari kebutuhan.
Selain itu juga, yang
layak dipahami melalui berbagai masalah kehdupan sosial masyarakat melalui
kehidupan budaya sosial adalah mengenai hubungan interaksi yang terjadi. Maka,
dengan adanya kehidupan ekonomi pontianak, akan ditandai dengan berbagai
kebutuhan hidup yang berperan dalam mekanisme sosial budaya masyarakat
berkembang.
Khas pasar Tionghoa
ada yang dibentuk, dan tidak biasanya muncul dalam suatu gagasan menarik
mengenai agama dan ekonomi. Maka, seringkali adanya pemahaman mengenai dinamika
sosial budaya masyarakat miskin, yang berasal dari pedesaan jarang sekali
terjadi. Maka adanya budaya sosial melalui pasar berupa hasil pertanian di
Kabupaten.
Yang terjadi dalam
hal ini adalah ketika kehidupan sosial masyarakat adat berasal dari kehidupan
budaya dan feminisme. Maka, pasar banyak dijumpai kaum perempuan dan laki –
laki serta budaya konsumsi yang dapat diterimas sebagai budaya di Pontianak.
Budaya Barat dikenal
sebagai Roti, Spagetti, Pizza dan makanan sehari –hari orang Barat, akan
berbeda dengan manu konsumsi orang Indonesia. Hal ini, terjadi dengan adanya
perubahan hidup dan pola makan masyarakat adat yang berasal dari kalangan
tertentu, kehidupan budaya masyarakat adat.
Laju ekonomi di
Pontianak mengenai makanan Cina Town tampak laju dengan perputaran ekonomi yang
berasal dari pedesaan, atau pendatang yang untuk berbelanja. Hal ini diketahui
ketika kebutuhan budaya sosial masyarakat adat dibutuhkan. Makanan, dibutuhkan
di Indonesia kejamanya makana disini tidak berbeda jauh dengan konflik yang
terjadi pada tahun 1967 dan 1998 di Pontianak, Jakarta dan Jawa.
Hal ini berbeda
dengan ekonomi di Jakarta ekonomi yang tidak melaju mengenai makanan yang
berupa konsumsi masyarakat disana. Karena pekerjaan disana dekat dengan
Perkantoran, Pemerintahan, serta
Perusahaan. Maka, diketahui dengan budaya yang berbeda terhadap konsumsi yang
diterima oleh masyarakat sekitarnya.
Berbeda budaya dan
konsumsi maka kebutuhan masyarakat yang tinggal di Indonesia, tampak terjadi
adanya budaya masyarakat adat yang berasal dari kehidupan seksualitas, layaknya
seperti kebutuhan hidup diantara sistem ekonomi yang terjadi di Pontianak.
Pelajari hubungan
sosial ekonomi masyarakat Dayak dan Tionghoa disini dapat dipelajari dari
sistem ekonomi, dan ketidaksenangan antar sesamanya hal ini dipicu dengan adanya
kehidupan ekonomi yang muncul sebagai jalannya roda ekonomi.
Keburukan masyarakat
asli disini tentu dari ekonomi yang tampak tidak membeli, atau sebagai perasa
yang tidak layak hanya pada kalangan kelas sosial tertentu. Karakteristik kaum
pribumi disini mengenai ekonomi, tidak heran terutama pada keseharian yang
menjadi kebiasaan tidak begitu baik.

0 comments