Spritualitas Dan Bisnis Tionghoa Hakka Di Pontianak

Pontianak, sering menjumpai orang tidak beriman, misalnya dahulu berbuat jahat pada sistem pertanahan kemudian jatuh sakit - samping rumah. Seringkali menggangu kehidupan rumah tangga, sampai nasi di tumpahkan di halaman rumah 1999 - 2002an kaum pribumi Melayu - Tionghoa - Dayak juga demikian.

Kalau untuk bisnis dan ekonomi masih belum tahun terutama pada Tionghoa non kristiani, nah akan diciba tawarkan motor kembali,  ternyata banyak persoalan juga tidak mau beli balik dan dilempar sana sini, itu Tionghoa Pontianak, itu karakteristik  Hakka Pontianak, kaum laki – laki mengenai dagang 1999.

Berbeda dengan pemikiran Barat, memiliki moralitas terutama untuk berdagang dengan barang yang bukan milik mereka misalnya, tetapi merek menciptakan berinovasi. Kehidupan seperti sering kali ditemui pada kelas sosial menegah saat ini.

Ketika memahami berbagai aspek kelakuan hidup mereka hingga saat ini, maka diketahui dengan adanya moralitas mereka sebagai orang tua mereka terlebih dahulu dalam ilmu tanah itu lebih baik, diketahui bagaimana kehidupan sosial budaya dan awal mereka hidup disini.

Memahami berbagai hal terkait moralitas dan budaya sosial, akan dipahami bagaimana ngotot merek berdagang dan memberikan harga, sehingga harga penjualan dapat diketahui dari Jakarta, dengan harga yang baik, dari nominal yang di sampaikan. Biasanya itu adalah Tionghoa seperti itu, kalangan sosial berbeda.

Imlek di tahun kelinci pada tahun 2023 saat ini, berbagai hal terkait moralitas bisnis akan semakin baik, berbagai kelakuan hidup mereka di Pontianak, untuk menyadari keberadaannya dan apa yang dihasilkan dari persoalan karekteristik mereka sebagai pribumi juga.

Kebusukan Tionghoa Hakka, di Pontianak dalam pergaulan sebagai perusak begitu Dayak yang berkoalisi karena kepentingan ekonomi, bisnis, dan transportasi pada (orang), tidak berbeda jauh. 

Pada kehidupan kelas sosial mereka sebelumnya, pemerasan akan terjadi dengan alasan lainnya, dan pekerjaan mereka rencanakan dalam kring gereka katolik di MRPD Pancasila, Pontianak menjelaskan, alat biologis bukan siapa - siapa. 

Dalam hidup di masyarakat dan beragama kristiani, berasimilasi budaya - kampus - nama belakang (penjahat kelamin), untuk ngotot Sihombing - sampah masyarakat Tionghoa - Pribumi - Rektor Untan Pontianak, yang dapat menampung mereka pada PDI - Perjuangan petugas partai, dan pendidik 2002 - 2008.

Tetapi, sampai Jakarta pemikiran Barat tidak mampu bersaing dengan baik, dan malu terhadap dirim mereka sendiri yang tidak lepas dari persoalan ekonomi - bisnis dan pengetahuan sejak saat ini.

 

0 comments

Recent Posts Widget
close