Kristiani, Pelayanan Misi Keuskupan Agung

Pontianak, kehidupan pelayanan akan tampak dengan dinamika dan moralitas hidup di masyarakat beragama. Pelayanan yang mengatasnamakan Tuhan dan Kristiani, tampak pada kelakukan para imam katolik di sini, dalam hal ini pelayanan imamat atau orang meninggal tidak dikunjungi dengan adanya kehadiran yang ada.

Hal ini, tentunya kelakukan para imam dan pendeta katolik yang berasal dari kalangan kebawah – menegah, dan berbagai budaya suku Tionghoa Hakka yang berasal dari ketidaksenangan kaum pribumi - lokal, jadwal pilih tempat pelayanan dan doa tetapi hidup memaki, orang kotor dan memanfatkan ajaran agama katolik, paroki keluarga kudus. 

Sentilan yang baik bagi umat beragama di lingkungan imam, dank ring tampak pada kehidupan spritualitas yang membual, kepentingan ekonomi, politik, pendidikan, serta pekerjaan yang dilangsungkan dengan persoalan umat di sekitar kota Pontianak.

Kedok agama tampak pada sistem ekonomi politik dan moralitas hidup mereka di masyarakat hingga saat ini, ada bagi Beragama (Budha – Konghucu – Katolik, Protestan HKBP, Islam (orang) di Pontianak,  yang berasal dari ketidaksenangan, intimidasi, serta pihak keamanan dan polisi yang sudah tidak baik tampak disini maka bekerja di pedesaan.

Kelakukan hidup dan budaya mereka di masa lalu, serta bersamaan dengan kepentingan ordo untuk ajaran agama, pelayanan dan kesehatan serta pendidikan hasil pembuangan penugasan Uskup, moralitas dan kemiskinan diungkapkan pada tahun 2022.  

Karena lingkungan santo - santa, Orang Muda Katolik, terjadi kelakukan tidak baik pada ketua - pengurus gereja DPP - kring sebelumnya RT 003 yang kejam dan buas 1980an  hingga sekarang meliputi keuskupan Pontianak, Kapuas Hulu - Kalbar, dan Keuskupan Jakarta - Indonesia urbanisasi dan migrasi. 

Sekolah katolik dan Kristen Protestan serta Negeri (pemerintah) tertentu dalam hal ini, serta pendidikan para imam,  turut campur disekitar lingkungan gereja Katolik di Pontianak, milih - milih pelayanan terjadi. Kebenaran telah disampaikan berdasarkan hidup budaya dan agama (toleransi) yang ada hingga saat ini.

Kedok agama berasal dari kalangan Tionghoa - Kawasan Sultan (Jawa) pada perdagangan sejak Indonesia, dan Belanda terjadi 1990an  - 2023. Orang yang kepentingan politik, dan pekerjaan tidak memiliki rasa malu, moralitas bisnis, teknologi dan budaya hidup mereka di masyarakat hingga saat ini. 

Begitu juga para imam yang dikeluhkan para umat di Lingkungan paroki dan Keuskupaan, dan media komsos untuk di koreksi kembali. Bagaimana ingin berkuasa dalam pendidikan dan kesehatan pada lingkungan gereja Katolik, baik pada perlakuan urbanisasi dan migrasi. 

Berekonomi mengatasnamakan status sosial seperti perhotelan, dan Pontianak dalam hal ini menjelaskan kemiskinan kota, sumber daya manusia, penyingkiran kejahatan ekonomi - bisnis, hingga berujung konflik. Hingga saat ini tidak memiliki malu - moralitas menggunakan produk Luar Negeri seperti gereja Katolik di Negara Maju.

Pada setiap lingkungan gereja (imam - pelayanan - keamanan / kepolisian provinsi dan kota) dan kepentingan politik, PDI Perjuangan – Demokrat - Golkar - birokrasi - pengusaha (toke), tidak tahu malu dan moralitas sebagai anggota partai politik tersebut 2008, Kalbar pada tahun 1960 - 1990an hingga sekarang.


0 comments

Recent Posts Widget
close