Isu pembangunan gereja Katolik menjadi sejarah panjang tentang persoalan umat dalam hal ini ekonomi politik. Perbaikan dimulai dengan adanya kepentingan politik, ekonomi, budaya dan agama yang lekat pada pluralisme dan kepentingan sosial budaya 1960an .
Hal ini menjelaskan adanya
perubahan agama Islam dan masyarakat setempat mengenai nilai – nilai budaya,
yang dibuat oleh kesewenangan di antara kehidupan mengereja dan spritualitas,
serta organisasi.
Ketika hal ini penting dalam
melihat kondisi budaya dan agama yang berasal dari perebutan kekuasaan, gereja
dan dalam organisasi yang berdampak pada moralitas dan ekononomi suatu Negara.
Pembentukan suatu kota Pontianak,
akan berasal dari kalangan sosial budaya dan agama yang lekat pada budaya dan
ketidaksenangan, atas nama hal tersebut berbagai kalangan akan lekat pada
dimensi ketidakmaluan terhadap teknologi dan inovasi suatu Negara.
Yang berawal dari rasa budaya malu orang Tionghoa Hakka – Batak serta Jawa, dan kelas sosial kebawah – menegah di Gereja Katolik di Provinsi, Kalimantan Barat. Isu mulai dimainkan oleh oknum dengan konsep hukum, peristiwa berdarah terjadi di Indonesia.
Dan digantikan dengan uang Rp. 20.000 sebagai
awal kehidupan dan kebertahanan mereka untuk hidup dalam suatu agama katolik di
Indonesia, serta spritualitas yang baik untuk cinta terhadap kehidupan sosial budaya.
Kemiskinan dan penganguran, guna dikasihani sebagai Gebernur, Anggota Partai Politik lainnya terjadi awal dari hidup mengereja, dan agama dalam hal ini Dimulai dari sekolah dan tenaga kesehatan dilingkungan Keuskupan.
Yang senang mencari ribut adalah pendidik di kalangan organisasi katolik di Pontianak, menjelaskan hal ini, bagaimana mereka makan dan minum dan berambisi. Tanpa malu - Budaya Barat lebih baik kesan moralitas yang perlu dipelajari dimedia sosial, menjadi awal dari hidup mereka sebagai kepala Negara.
Karena hidup dalam kemiskinan suatu Kota hingga terjadi penjarahan dan kehidupan budaya dan agama yang tampak pada kerugian besar bagi yang tinggal di kota pembangunan dan perbaikan.
Memanfaatkan agama akan lebih baik dalam iman biasanya bagi mereka yang hidup binasa dan kesehatan yang diderita, karena secara kolektif tidak individual awalnya 1999 - hingga sekarang tidak berdasarkan iman gereja dan kitab suci.
Tidak memiliki pendidikan politik, hidupnya tidak memiliki moralitas dari orangtua - pribumi mereka hidup sebagai jalan dalam kehidupan birokrasi di masyarakat. Hasil pembuangan dari Ibukota Jakarta, yang tidak biasa bersaing secara global - dna teroris di Indonesia.
0 comments