Kolonial, Dayak Iban Di Kapuas Hulu

Pada masa kolonial Belanda,  masyarakat suku Dayak Iban - Tionghoa sudah hidup berdampingan  terjadi pada masa 1880an di pedalaman. Hal ini berasal dari masyarakat adat suku Dayak iban, dan kehidupan sosial yang berdampingan dengan perkampungan Desa, dengan hasil hutan yang diperoleh.

Kehidupan sosial, yang berasal dari lintas Negara tetangga seperti Malaysia (Lanjak), merupakan salah satu Negara jajahan Inggris memiliki peranan penting terhadap kebudayaan Barat melalui cara hidup, dan konsumsi yang berasal dari kemiskinan suatu Negara di Indonesia.

Kehidupan suku Dayak berdasarkan kepentingan konflik etnik, politik dan agama yang berasal dari hasil dari istilah seksualitas dan kehidupan sosial budaya yang berasal dari moralitas dan ekonomi terjadi. 

Pada masa itu, berbagai hal terkait kepentingan ekonomi, dipakai oleh masyarakat Batak – Jawa – Dayak (Islam dan Non). Seperti seorang pengaku, dalam hubungan seksualitas, dan kehidupan masyarakat dan misionaris dan imam yang berasal dari kalangan pribumi Indonesia, dan Inggris berasal. 

Akan sangat berbeda jauh, ketika kepentingan dengan memiliki kedudukan, tetapi kemiskinan merupakan cara hidup seorang yang berasal dari non bangsawan. Untuk pertama kali di Keuskupan Agung Sintang. 

Penyebaran agama katolik berasal dari kehidupan sosial budaya yang masuk dan memahami agama berdasarkan keinginan mereka dalam mengenai Tuhan akan kristus, sebelum dengan kehidupan animisme, primitif, dan belum mengenal Tuhan.

Pada akhir hayat dapat diketahui bagaimana akhir hidup manusia berawal dari masyarakat Kapuas hulu dengan keyakinan non kristiani sebelumnya mengenal kristus, tepatnya sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang.

Perjalanan menuju Kapuas Hulu, akan sampai 1 hari dengan bus yang masih bisa digunakan sebagai transportasi darat. Hal ini untuk diketahui dengan moralitas dan budaya ekonomi yang berasal dari budaya lokal, berawal dari kehidupan budaya dan agama sudah di masuki.

0 comments

Recent Posts Widget
close