Tionghoa Indonesia, Politik Seksualitas, Dan Spritualitas Katolik

Politik Budaya Tionghoa Indonesia, akan berasal dari tradisi dan politik identitas masyarakat lokal dengan berbagai ragam dan drama kehidupan sosial hingga saat ini. Berbagai keinginan seksualitas yang telah berdampak pada kehidupan sosial sebagai Tionghoa Hakka dan Pribumi di Indonesia.

Misalnya dalam hal ini keinginan Tionghoa dan pribumi dalam suatu hubungan seksualitas, tetapi tidaksenang dalam setiap pekerjaan dalam suatu perkotaan dalam hal ini ekonomi, seringkali terjadi biasanya pada kelas sosial.

Ketidaksopanan kaum muda telah ditemui hanya sebagian orang terjadi pada Tionghoa kota dan pedesaan berasal. Hal ini berbeda dengan kaum masyarakat pribumi seperti Jawa – Dayak, dan Batak 1990an - 2008. Hasrat dalam pilihan hidup menjadi budaya mereka, sebagai Tionghoa Perantau.

Hal ini menjelaskan adanya kebudayaan yang berbeda tetapi ketidaksenangan menjadi awal dari kelicikan mereka yang tinggal diperkotaan. Kelicikan itu adalah biasanya agama nasrani dan non dalam aspek kesehatan.

Penjelaskan tersebut telah diketahui bahwa setiap organsiasi, komunitas Tionghoa akan tampak menyenagkan untuk di pahami pada budaya lokal, di Kalimantan Barat. Hal ini menjelaskan dengan adanya budaya Barat dalam setiap agama katolik akan berbeda dengan agama katolik di Indonesia.

Pontianak, Bisnis dan Gereja

Salah satu menarik perhatian dalam setiap pekerjaan mereka, serta tutur kata, perlakuan mereka dalam hal sistem ekonomi, karena tidak ingin disaingi tentunya menjadi baik dalam ekonomi lokal saja. Tetapi untuk Nasional dan Global hal ini tentunya  belum memiliki dampak dari pola pikir dan kebudayaan Barat pada diri Tionghoa Indonesia.

Ketika hal ini menjadi baik, bahwa ketidaksenangan Tionghoa lokal yang berasal dari urbanisasi atau perantau maka mereka hidup dengan pekerjaan kotor atau curang, biasanya kristiani dan non atau baru memahami dan mengenal Tuhan.

Temuan menarik dalam setiap history kehidupan sosial masyarakat Tionghoa Pontianak, akan mengalami cara berpikir sebagai pengusaha lokal, pekerja atau kantoran, serta dalam sistem pengetahuan yang masih minim, karena istilah masyarakat lokal disini lebih pada bekerja dengan otot ketimbang pemikiran.

Dalam tahapan fase ini, bagaimana perlakukan dan kelakuan hidup mereka berasal dari dampak asimilasi budaya masyarakat lokal hingga saat ini. Berbagai penjelaskan tentang agama dan budaya, masing – masing memiliki manfaat terhadap kelas sosial hidup mereka, pada persoalan Jawa dan Dayak di masa lalu.

Salah satiu narasi yang baik, mengenai Tionghoa Indonesia adalah bagian dari catatan tradisi Tionghoa Hakka, yang saling menguasai dan seolah menjadi bagian dari sistem politik dan ekonomi di masyarakat adat di Kalimantan Barat.

Kalau di Jakarta, pengurus gereja katedral katolik disana mengurunya adalah orang Tionghoa Hokkien disana, yang menjelaskan adanya perubahan sosial, mukjizat dan lainnya sebagai dasar dari setiap konflik dan krisis ekonomi yang terjadi di Ibukota Jakarta.

Maka, akan berbeda dengan di gereja katedral dan paroki saling hebat dalam hal ini menunjukan karakteristik hidup awal mereka, dalam pengenalan akan Tuhan. Sehingga dalam hal ini, menjelaskan bagaimana ketidaksenangan, semena – mena terjadi. 

Dalam hidup dan budaya sosial sebagai awal dari integritas hidup mereka dalam setiap pekerjaan di lingkungan keluarga, komunitas dan gereja, dan non gereja. Maka, dapat dijelaskan bagaimana persaingan muncul dari lingkungan terkecil dalam suatu masyarakat.

 

0 comments

    Recent Posts Widget
close