Keuskupan Agung Pontianak, Memahami aktivitas sosial masyarakat Tionghoa Hakka disini telah menjelaskan aktivitas ketika pagi dengan berdagang, dan bekerja baik sebagai pendidik dan lainnya. Hal ini menjelaskan adanya perubahan budaya sosial, dan kehidupan sosial di tengah masyarakat Tionghoa – pribumi disini.
Ketika memahami berbagai hal terkait dengan kaum pribumi terhadap
pasar, akan di ketahui kehidupan sosial budaya dan agama setelah masa kolonial
Belanda di Pontianak. Masa dimana pembangunan ekonomi di dasari dari sumber
daya alam dan konflik berdarah.
Dalam agama katolik, filsafat menjelaskan bahwa jika terus menerus
dilakukan agama katolik dalam setiap gereja di Indonesia, terutama di
Kalimantan juga senang dengan persoalan Tionghoa Hakka dan Dayak disini, sejak
rentang waktu tahun 1880an -1930an – 1967 Tionghoa - Dayak, dan 1999 Kab. Sambas, Kota Pontianak Gg. Sambas - Madura.
Maka, dapat dijelaskan bagaimana gereja Katolik di Kalimantan,
dalam setiap surat gembala yang diketahui dengan adanya kehidupan sosial
Tionghoa – Dayak berasal dari kalangan sosial kelas biasa dan lainnya. Sistem
perdagangan Tionghoa Hakka tentunya menjadi baik ketika kaum pribumi ingin
menikmatinya, tetapi sebaliknya mereka tidak ingin hal itu terjadi.
Karakteristik pribumi disini, terhadap hasil panen menjelaskan
ingin menerima terus, tetapi memberi tidak pernah, dalam gereja katolik, tetapi
banyak bicara (Orang Jawa), demikian prilaku mereka. Kehidupan sosial budaya,
dan kelas sosial rendah ingin bergaul tetapi tidak punya budaya malu itu salah
satu gereja di paroki - keluarga kudus ( 2023 - ), Pontianak.
Menjelaskan kondisi umat, dan kehidupan masyarakat lokal Dayak
– Jawa disini. Maka, dengan baiknya Tionghoa Indonesia dalam hal ini privasi kehidupan
sosial yang tertutup. Tidak memiliki malu bahwa Negara miskin dan tata laku
kehidupan sosial yang tidak baik dari tahun setelah kemerdekaan RI - hingga 2023. Hidup
secara kolektif untuk menyerang hanya untuk tinggal.
Kemiskinan, untuk disampaikan bagaimana mereka hidup dalam politik lokal, dan
kehidupan sosial ekonomi di Pontianak, dengan kehidupan dramatis orang Tionghoa
dalam kejahatan mereka di Kalimantan, dan Jakarta melalui pendidikan katolik
dan Kesehatan di Indonesia, Lai (Notaris). Pelanggaran hukum dilakukan, baik itu
kekerasan verbal dan fisik.
Seksualitas, menjadi penting diketahui terutama bagi masyarakat Tionghoa Indonesia, Batak - Dayak dan Jawa, serta Melayu dalam meningkatkan status sosial, kelas sosial, dan kehidupan ekonomi di masyarakat lokal.
Hingga saat ini baik itu sebagai birokrasi rendah, imam - Uskup dengan pendidikan Katolik dalam negeri di Indonesia, serta kehidupan spritualitas yang rendah, dan politik gereja katolik di Indonesia. Kekejamaan dan kebuasaan suatu bangsa di Indonesia.
Yang kemudian hidup berlindung dibalik gereja katolik untuk menyembunyikan kejahatan, kekerasan mereka terhadap upaya hukum gereja Katolik dan Negara. Dengan berbagai hal terkait dengan moralitas dan etika kehidupan seksualitas Islam - Masyarakat Adat, dan gereja Katolik - Protestan di Indonesia.

0 comments