Pontianak, mata pencaharian yang dibuat oleh misionaris adalah
sebagai petani, pendidik, yang diharapkan dalam mengatasi kemiskinan yang ada
di wilayah Kalimantan Barat. Tionghoa Hakka, dengan tradisi budaya tidak lepas
dengan adanya kehidupan sosial budaya dan bisnis dilangsungkan.
Ketika hal ini, penting dalam melihat periode tahun 1930an – 1945,
hingga pergolakan politik terjadi, maka berbagai persoalan terkait kebuasaan
dari mengumpulkan harta tampak pada masyarakat Jawa – Dayak dan Batak yang
hidup berurbansiasi di daerah Kalimantan Barat, tanpa terkecuali Pontianak.
Hal ini menjelaskan bahwa bagaimana ekonomi dan bisnis bekerja
dalam setiap aktivitas masyarakat Jawa dari hasil program transmigrasi suatu
Negara Indonesia. Karakteristik akan menjelaskan kejahatan bertutur dan
bersilat kata, serta pekerjaan yang dibuat dan perintah dilakukan dalam hal ini.
Bangsa Eropa dalam hal ini dalam menyebaran agama katolik
sesungguhnya sangat mengerti berbagai hal terkait dengan konsumsi, serta
lainnya. Sedangkan persoalan dari aspek kehidupan beragama katolik, akan tampak
pada kemiskinan guna mendapatkan simpanan dari suatu Negara.
Pada rentang waktu 1945, birokrasi terlibat dari berbagai konflik
sumber daya alam, kekuasaan politik, serta bisnis dan ekonomi. Yang lainnya,
sebagai kelas pekerja, dan menyiapkan kebuasaan mereka selama di Kota
Pontianak.
Maka, dapat dipahami bagaimana kebijakan berlangsung dengan adanya
kecurangan, sebelumnya terutama bagi mereka beragama non kistiani. Maka, dengan
persoalan tersebut dapat dipahami dengan adanya keadilan, kedamaian serta kebenaran
merupakan salah satu injil yang baik dalam setiap pekerjaan Tuhan.
Sesuatu persoalan yang baik adalah, ketika bisnis sebagai spritualitas kecerdasan maka akan baiknya menjualkan berbagai produk hasil hutan seperti madu, karet, buah - buahan yang dihasilkan oleh petani, maka penting dalam melihat hal ini, setelah itu.
Penyingkiran birokrasi yang dialami (djan) Orang Tionghoa ketika program untuk transmigrasi – Jawa terjadi pada setiap konflik di Kab. Sintang pada tahun 1980an, di Keuskupan Sintang. Setiba di Pontianak, bagaimana bisnis terjadi.
Pada setiap politik yang terjadi konflik Madura dan Dayak pada tahun 1999 - 2002 dan krisis ekonomi terjadi di Ibukota Jakarta. Kekejaman dari tingkat birokrasi dan rumah tangga yang terjadi oleh kaum non kristiani (Budha - Islam) 1980an, terjadi hingga saat ini.
Kemiskinan menjadi alat ekonomi untuk masing - masing bangsa di Eropa, dalam hal ini berbagai hal terkait dengan sandang, pangan dan papan. Maka, dari itu berbagai hal terkait dengan masyarakat perkotaan akan terpaut pada senasib, dan politik, serta hukum.
Menjelaskan kelakukan buruk mereka di hadapan masyarakat dan gereja, terhadap budaya seksualitas yang memaksa lebih baik, dan berbagai aktivitas mereka di lingkungan gereja katolik serta urbansiasi terhadap pemerasan - pungli, dan pembentukan kota, serta gereja.

0 comments