Pengusiran Tionghoa Hakka – Pribumi, Dan Konflik Etnik Di Kalimantan Barat 1967 - 1998

Jakarta, Kehidupan agama katolik di Keuskupan agung di Indonesia, ketika itu baru memahami kehidupan sosial budaya di masyarakat Manggarai, memiliki agama dan budaya Katolik yang berbeda hingga saat ini. Ketika itu, berbagai hal terkait dengan persoalan pemahaman agama katolik, dan Budha.

Masalah pengusiran konflik etnik di masa lalu, pada tahun 1967 tidak lepas dari perebutan mata pencaharian dan kemiskinan terjadi, baik dalam suatu daerah dan Negara. Hal ini untuk diketahui bahwa konflik sumber makanan, serta ketidakjujuran berekonomi terjadi pada orang Tionghoa - pribumi Indonesia (politisi) ketika itu di pedesaan.

Maka, dalam hal ini diketahui bahwa berbagai hal terkait dengan kekerasan agama katolik dan kehidupan sosial masyarakat tidak jauh dari pelayanan Tuhan yang dilakukan oleh para imam besar dan pendeta di Indonesia, terutama di Kalimantan.

Kehidupan sosial budaya, yang berasal dari kalangan non kristiani maka pada tanggal 18 Juli 2023, dijalanan terjadi kata mau damai ada di dalam Tanah, demikian untuk diketahui.Tetapi dalam hal ini Orang Katolik yang sudah beriman tidak begitu. 

Sejak lama dapat mengetahui bahwa politik terjadi di Indonesia, akan berbeda politik kristiani yang ada di masing – masing daerah, Romo ketika misa di rumah duka, KAP salah satu masyarakat Tionghoa Hakka, Lim. Misalnya dalam hal ini damai di kehidupan akan lebih baik. 

Dari setiap konflik dan dosa yang perna dibuat, baik dalam ekonomi, sosial, budaya dan agama di masa lalu. Hal ini menjelaskan untuk kaum masyarakat non kristiani atau Islam, yang berasimilasi budaya, dan seksualitas di Indonesia.

Untuk menjelaskan kehidupan sosial, serta penyingkiran masyarakat adat Tionghoa terjadi terhadap pemahaman agama katolik di sini. Kebuasaan seksualitas, dan trauma terjadi pada tahun 1967, 1999 dan 1980an pada pembangunan ekonomi di Indonesia.

Lain halnya, dengan adanya ketidaksenangan kaum pribumi terutama yang beretnik Jawa – Batak, dan Melayu di Indonesia, Maka, dapat dijelaskan adanya perubahan budaya dan cara pandang dengan agama kristini yang mereka percayai dengan non krsitiani ini.

Kehidupan panjang dalam setiap kegeraman manusia, hawa nafsu ingin melukai akan tampak pada spritualitas, dan budaya etnik masyarakat Dayak di sekitar Keuskupan Agung Pontianak. Di ketahui dengan adanya ketidaksenangan, irihati dan lainya, masyarakat pada masyarakat Tionghoa Pontianak, disini.

Kalau, Masyarakat adat Dayak pedalaman Kapuas Hulu sudah terlebih dahulu dalam mengenal Tuhan dalam hal ini beragama Katolik, dan tinggal di Pontianak sejak 1950an. Hal ini menjelaskan bahwa penyebaran agama Katolik di Kalimantan, mempengaruhi tingkat konflik diciptakan hingga saat ini, pada masa setiap periode politik di Indonesia.

Memanfatkan dan memahami agama katolik - Budha, terutama di kawasan masyarakat Jawa, ekonomi, dan  kekerasan verbal tampak pada setiap petugas pelayanan dengan status sosial, dan kelas sosial mereka sebagai orang Tionghoa Indonesia - pribumi disini. 

Dengan demikian, dipahami cara hidup di kehidupan sosial budaya, dan agama Katolik,  yang rakus untuk dinikmati karakteristik, dalam setiap pekerjaan dan pelayanan dilakukan terutama. Mata pencaharian meliputi kalangan pengusaha, pendidik,  bisnis, aparat kepolisian, dan birokrasi di pemerintahan serta tenaga medis (licik) berdasarkan injil kristen.

 

0 comments

Recent Posts Widget
close