Pontianak, pada setiap perayaan ekaristi terutama hari suci seperti pentahbisan diakon, dan imam dikenal sebagai perayaan yang agung dalam sejarah gereja katolik Roma. Masyarakat adat, yang telah memahami agama katolik di sekitar paroki Keuskupan Agung Pontianak akan tampak pada permulaan iman katolik dan hidup secara kristiani.
Umat yang masuk agama katolik ada mereka yang hidup berdasarkan
hukum cinta kasih, dan jangan dibalas dengan kejahatan apa yang terjadi. Maka,
dengan kebaikan iman akan mencakup berbagai hal terkait masalah dinamika sosial
ekonomi saat ini.
Hasil bumi disekitar Keuskupan Agung Pontianak, adalah mereka yang
hidup berdasarkan mata pencaharian seperti peternakan ayam, babi, bebek, dan
sapi, sedangkan pada pertanian seperti buah – han, dan pangan.
Hal ini menjelaskan bahwa perjamuan ekaristi dapat dipahami dengan
kebutuhan jasmani yang tersedia dialam Kalimantan. Konflik pertanahan pada
masyarakat adat di Indonesia, akan terjadi dengan kepentingan sosial budaya dan
agama yang berlangsung dikarenakan kebutuhan rohani hingga saat ini (2023 -).
Olahan kebutuhan konsumsi masyarakat pertanian akan dikerjakan
secara individu, komunitas dan sejenisnya berdasarkan hidup masyarakat adat di
Kalimantan. Maka, menjelaskan adanya ekonomi sosial, budaya dan agama katolik
yang berlangsung dengan adanya perubahan budaya dan konsumsi, pada masyarakat
adat di Kalimantan dan Tionghoa Indonesia.
Maka, dengan adanya budaya konsumsi akan dipahami adanya alam yang
berasal dari masyarakat adat di Indonesia yang menganut agama non kristiani.
Maka, olahan hasil bumi telah di kerjakan berdasarkan kehidupan sosial, dan
budaya masyarakat Tionghoa yang berasal dari migran.
Dengan berbagai hal terkait dengan budaya sosial, akan dipahami
masyarakat pluralisme dan toleransi yang baik antar masyarakat adat Dayak dan
Melayu di Pontianak. Konflik di masa lalu, menjadi awal dari sejarah perjalanan
iman dan kesabaran masyarakat suku Dayak di Pontianak, terutama pada bisnis dan
politik.

0 comments