Pontianak, asimilasi budaya dan seksualitas atas agama katolik dapat dijelaskan melalui kekuasaan dan mata pencaharian ketika bekerja di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Hal ini mata pencaharian yang meliputi pendidik, tenaga medis, dan pekerja.
Kekuasaan atas agama katolik RI dapat diceritakan melalui hukum dan membinasakan, setelah kepentingan ekonomi politik di tanah air maka seksualitas
menjadi alat bagi sejumlah masyarakat adat untuk melanjutkan setiap pekerjaan, dan
moralitas hidup.
Hal ini, tentunya sebagai awal dari pembentukan kota – kota di
Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa berbagai hal terkait dengan moralitas dan
etika serta dinamika budaya sosial, akan mengarah pada tingkat kehidupan
sosial, dan agama katolik - Islam berdasarkan hukum.
Tentunya motif itu sederhana dilakukan dengan berbagai masalah mata uang, dan kebijakan suatu Negara dan kekejaman dan kebuasaan masyarakat adat Tionghoa di Kota Pontianak, pada masyarakat pedesaan.
Penghasilan yang rendah (djan) birokrasi 1970an sekitar Rp 75.000, catatan history di gereja katolik Keuskupan agung Pontianak dan iman hidup di masa lalu, dan penderitaan yang dialami di wilayah Kalimantan Barat, Indonesia.
Jakarta, Tionghoa Indonesia, dapat disampaikan melalui aktifitas sehari – hari mereka kerjakan bersama kaum pribumi – Tionghoa yang meliputi suku Batak – Dayak, dan Jawa serta Melayu disini. Seperti hasil kolektif bisnis di pasar.
Kekerasaan rumah tangga Islam - Budha - Konghucu, dan agama katolik, dilakukan oleh mereka dan lingkungan sekolah, serta tempat rumah ibadah, Pribumi - pada (Bong), Laki - laki Tionghoa disini demikian terjadi dengan budaya hidup seksualitas dan kekerasan hidup di masyarakat hingga saat ini di aparat kepolisian RI, Pontianak.
Kekejaman dan rencana kekejaman orang Pribumi - Tionghoa kota Pontianak,
telah menjelaskan keadaan sosial dan budaya Tionghoa Indonesia, oleh oknum dan
pejabat publik. Sementara, kejahatan medis, dapat
dikatakan seperti itu, sebagai kepala keluarga ingin berkeluarga tetapi tidak
mengeluarkan uang untuk konsumsi, mala ingin memeras (djan, Tionghoa) saat ini.
Gereja Dan Ekonomi Politik Partai
Situasi kondisi masyarakat Tionghoa Indonesia dan Islam
Indonesia, yang beragama katolik seperti demikian, karena kepentingan politik
di Indonesia, dan budaya, pertanahan, dan kepatuhan terhadap Tuhan yang maha
esa.
Sedangkan iman dan Uskup di lingkungan ini, tentunya menurut saja
dengan pola asuh dan kekuasaan di setiap bidang pekerjaan, baik sebagai
tenaga medis, pendidik, pedagang, dan ahli hukum, Maka, dapat dijelaskan dengan
adanya perubahan sosial budaya dan agama hingga saat ini ( 2023 - ).
Jakarta, sedangkan dengan Islam dan Batak dalam hal ini bagaimana mereka bekerja pada kepentingan politik PDI Perjuangan, PPP, dan Demokrat serta Golkar, Orde Baru - Reformasi - birokrasi dan uang pada tahun 2011, dengan fasilitas hasil seksualitas hidup mereka di lingkungan keuskupan agung, serta keterlibatan para imam dalam sistem politik Indonesia.
Pejabat politik, di Pontianak - Jakarta, Budha – Konghucu dan Islam di Indonesia, dan keamanan Polisi Indonesia, Sihombing - Dayak apa yang mereka rencanakan. Dapat disampaikan dengan baik, berbagai hal masalah kehidupan sosial, dan kepentingan agama Islam di Indonesia dan bisnis (media), dan pekerjaan ketika migrasi terjadi.
Komunitas doa, dengan spritualitas rendah bahkan akan mampu merencanakan kemiskinan individu pada bisnis - Pribumi (Islam - Katolik), yang menjadi catatan dalam setiap profesi pekerjaan yang diterapkan, termasuk pendidikan di sekolah katolik, dan gereja serta Negeri ketika itu.
Oknum berpura - pura baik, maka persekolahan Santo Petrus, dan Widya Dharma, serta Polteq atau Paulus, karena kepentingan ekonomi politik, Untan dan PancaBakti anda disini, terutama kaum Pribumi dan Tionghoa disini, isu kemiskinan dan pegangguran serta teroris oleh kaum pribumi - Islam, Kristiani di Indonesia.

0 comments