Ular, Medis Gereja Katolik di Pontianak

KAP, simbol dari ular dalam kitab suci adalah setan yang menjelaskan kelicikan dan hidup dalam setiap pergulatan, dan baik suci. Hal ini berasal dari orang dan kuas Tuhan, yang menjelaskan pemahaman materai yang terjadi hingga saat ini, pada injil Wahyu : 12 – 9.

Islam dalam hal ini tampak pada kesehatan, dan kebersihan adalah sebagian dari iman. Maka, dengan berbagai persoalan terkait dengan iman katolik, tampak pada keagamaan di kawasan Tionghoa Hakka, di Pontianak.

Gereja katolik, dalam hal ini ketika melihat pekerjaan hidup gereja para umat yang saat ini berasal dari kecerdasan spritualitas yang rendah, ketimbang dengan spritualitas akademik. Maka, dengan begitu berbagai mukzizat Tuhan akan tampak dengan keseharian dalam pekerjaan sebagai tenaga medis di rumah sakti swasta, dan Negeri.

Di Rumah sakit Antonius misalnya yang bekerja di rumah sakit, meliputi masyarakat adat suku Dayak, Batak, dan Tionghoa serta Jawa sebelumnya pada tahun 1990an – 2002. Hal ini menjelaskan aktivitas rumah sakit di tempat tersebut, dengan berbagai masalah spritualitas umat di Pontianak, dan di Kabupaten.

Maka, injil menjelaskan aktivitas rohani dan jasmani akan tampak pada konsumsi yang diperoleh dan diterima, dalam lingkungan gereja katolik di Keuskupan Agung di Indonesia. Ular adalah symbol kedokteran yang berasal dari pekerjaan medis masyarakat adat di Indonesia.

Tetapi, spritualitas yang rendah, dan lapangan pekerjaan yang menjelaskan berbagai hal terkait dengan kelicikan dan kejahatan, serta setan yang dilakukan dan kadang digunakan segelintir orang yaitu Tionghoa (djan), karena orang tua (djan – bong) di Pontianak, menjelaskan kondisi ekonomi, pekerjaan pendidikan dan birokrasi rendah hidup mereka sebelumnya di Pontianak.

Hal ini menjelaskan kekerasan rumah tangga, yang dilakukan oleh djan dan bong berdasarkan verbal dan kehidupan sosial, budaya dan agama katolik di Pontianak, menjelaskan dalam setiap rencana kejahatan hidup mereka di Pontianak sebagai orang tua Rumah Tangga (djan).

Biasanya melalui konsumsi, dan antara orang tua dan anak, ketika sudah puas makan hasil keringat kerja anak – anaknya. Maka, dijelaskan dengan baik, bagaimana perlakukan dan kelakuan hidup orang tua di rumah tangga, bersam orang NTT atau Timur Indonesia, yang kolektif ingin menyerang.

Di Gunakan elit politik, wartawan sekitar kring 6, menjelaskan hidup sosial, budaya dan kokeltif menyerang saya dalam rumah tangga, 5 orang dalam hal ini dijelaskan kriminalitas hidup mereka, ketika selama berkuasa  pada tahun 1989 – hingga dewasa, Golkar.

Kadang – kadang berpura – pura baik, Tionghoa Pontianak dan Kapuas Hulu, Orang dalam hal ini menjelaskan komunitas doa Tionghoa dan birokrasi yang berasal dari kalangan atau kelas sosial biasa.

Dengan demikian, berbagai hal terkait kriminalitas, dan konflik dibuat tidak terkecuali dari hasil kebiadaban mereka hidup, sebagai orang tua menjadi catatan sejarah hidup marga (djan) dalam rumah tangga di Pontianak 1970an - 2023.

Jakarta - Pontianak, serta kejahatan kesehatan, kendaraan, ekonomi (penyingkiran pekerjaan, seperti PHK, dan harta kekayaan) dan budaya mencakup semua persoalan dan masalah kehidupan sosial, dalam lingkungan mengereja, keluarga, dan agama katolik. Sebagian digunakan bagi mereka yang menganut agama Budha - Konghucu, dan katolik Tionghoa - Pribumi di Indonesia.

0 comments

Recent Posts Widget
close