Chiness culture budaya tionghoa pada upacara kematian dapat diketahui dengan baik bahwa akhir hayat manusia yang dibutuhkan adalah doa dalam hidup dan keselamatan Jiwa. Terkadang hal ini dilakukan oleh masyarakat Tionghoa yang masih menyakni agama dalam hidup berbudaya.
Ketika hal ini terjadi dengan baik sesuai dengan budaya Tionghoa
dan kemiskinan budaya merupakan suatu kebiasaan hidup mereka dalam arti jiwa
dan seksualitas. Perkotaan masyarakat Tionghoa menjelaskan berbagai hal terkait
dengan keselamatan dan hidup dalam beragama Kristiani terus dijalankan sesuai
dengan upacara kematian dan kremasi.
Dengan berbagai hal terkait dengan budaya sosial masyarakat
Tionghoa Hakka terjadi perubahan pandangan terhadap pelayanan doa dan konsumsi.
Maka, hal ini terjadi sesuai dengan semangat dan kehidupan orang yang sudah
meninggal untuk diberkati dari kehidupan doa yang layak bersama Bapa di Surga.
Menundukan kepala sebanyak tiga kali dengan penghormatan yang
diberikan sesuai dengan keyakinan dalam budaya Chiness yang merupakan dasar
dari hidup sosial masyarakat urban yang berasal dari budaya lama toktok
Chiness. Ketika keunikan budaya kuno Chiness masih di terapkan dalam kehidupan
kristiani melalui bahasa mandaring, Tionghoa Hakka, dan Tiochu maka jelas
dengan adanya budaya sosial terus masih dipertahankan.
Hal ini menjelaskan berbagai hal terkait dengan budaya lokal
masyarakat setempat yang dilalui dengan kehidupan sosial budaya, yang masih
patuh pada leluhur dan orangtua. Maka, pertaburan Bunga dapat dipahami dengan
adanya penghormatan berdasarkan riwayat culture masyarakat Tionghoa yang
berasal dari Tiongkok / RRT.
Bebagai hal terkait asimilasi budaya Tionghoa Indonesia,
menerapkan budaya ini dalam setiap waktu pertemuan yang ditetapkan selama tiga
hari yaitu doa yang berturut – turut disampaikan sesuai dengan budaya dan
kebutuhna konsumsi rohani yang sudah meninggal.
0 comments