Birokrasi, Spritualitas Gereja Katolik

Pedalaman, di Kalimantan urbanisasi dan merantau untuk bekerja di perkotaan untuk mencari uang, dengan begitu bagaimana mereka yang hidup di perkampungan tinggal, dan berbagai kepentingan politik dan lainnya.

Birokrasi dengan adanya sistem seperti itu, berbagai hal terkait kekuasaan, politik dan budaya bagaimana mereka numpang hidup pada politik dan ekonomi tidak memiliki moral terhadap berbagai aktivitas yang terjadi.

Hal ini menjelaskan berbagai pembangunan gereka Katolik yang terkesan kejam, sesuai dengan umat mereka berasal dari pedesaan, dengan dampak terhadap kehidupan budaya sosial di masa lalu. Spritualitas menjelaskan adanya kesehatan yang berdampak pada kerja alam, dengan adanya konsumsi yang lekat pada tangan yang mengerjakan itu.  

Dengan demikian, berbagai hal terkait dengan kekejaman yang lekat pada moralitas politik, dan spritualitas politik dalam hal ini sebagai pembenahan masyarakat di dalamnya, yang lekat pada konflik sosial, budaya, persungihan kekayaan di masa lalu tanah Jawa, maka urbanisasi terjadi dengan baik.

Berbagai hal terkait kriminalitas yang lekat pada budaya katolik dan agama dengan adany campur tangan masyarakat Tionghoa yang tidak senang dengan lembaga pendidikan kristiani, dan berdampak pada kekuasaan dimana tempat mereka bekerja.

Ada suatu masa berbagai hal terkait kelakuan hidup mereka sebagai ordo imam dan keluarga, hendak diketahui dengan adanya ketidaksopanan, moralitas dan  mereka terhadap suatu keluarga (kami) dalam hal ini dibenahi kembali. 

Di mulai dari masing - masing kring santo Thomas dan paroki MRPD, meskipun akan sedikit semana – mena dalam hal ini baru ketua kring 2010 – 2013 - politik periode, berujung pada kemaluan hidup sekarang ini mereka berada dalam kawasan tempat tinggal kami hingga saat ini, kolektif dan termobilisasi, pelan - pelan bisa diatasi.

Non kristiani - Siregar, yang hanya marga dalam hal ini diketahui di Pontianak, dengan kedok agama dan cara mereka numpang hidup di gereja – gereja, adalah oknum yang dihidupkan di gereja – gereja. dan birokrasi hingga saat ini, serta di perusahaan tempat mereka bekerja, tidak hanya sekedar hanya menyembunyikan kedok hidup mereka dalam keluarga dan paroki.

Atas kehidupan mereka seperti itu, maka tidak lepas kini mereka cara modern dan primitif, dan bekerja di paroki, rumah sakit, dan lembaga pendidikan katolik dan Islam di Indonesia kelakuan Tionghoa Pontianak, dan pribumi pedesaan (orang Dayak) - Jawa disini hasil pembuangan kelas sosial, dan persaingan tidak sehat, demikian.


 


0 comments

Recent Posts Widget
close